Anak adalah anugerah terbaik dari Tuhan untuk pasangan suami isteri. Anak merupakan penambah sempurnanya sebuah keluarga. Selain menjadi penyempurna anak juga sebagai pelipur lara bagi keluarga besar dari suatu pasangan. Semua keluarga dekat akan menyambut gembira bila mendengar sanak keluarganya mendapat anugerah atas kelahiran seorang anak. Oleh karena itu sebagai orang tua akan berusaha keras merawat dan menjaga anak-anaknya demi masa depan. Rasa kasih sayang orang tua kepada anaknya tidak dapat diukur dengan materi bahkan usaha yang dilakukan demi anak-anaknya dari orang tua pun tidak mampu kita kalkulasikan. Begtulah adanya kasih sayang dan usaha orang tua terhadap anak-anaknya tercinta. Bisa dikatakan kalau demi anak nyawa pun rela untuk dikorbankan.
Namun, kalau kita mau jujur rasa kasih sayang yang terlalu dari orang tua kepada anak terkadang sudah melanggar aturan atau ketetapan bersama bahkan suatu perundang-undangan. Mengapa ini bisa terjadi ? Hal tersebut dikarenakan emosional orang tua yang tidak tertahan bila melihat anaknya merengek atau meratap yang dibarengi dengan tetesan air mata. Sebagai orang tua pastilah tidak akan tega melihat hal itu terjadi. Sebagai contoh yang sering kita jumpai adalah anak balita dengan bebasnya memainkan gawai bahkan sudah bisa browsing internet dan anak usia SD sudah mengendarai sepeda motor di jalan umum.
Pada kesempatan ini penulis ingin menguraikan masalah yang kedua yaitu tentang anak usia SD sudah mengendarai sepeda motor. Mengapa penulis tertarik terhadap hal tersebut ? Hal ini dikarenakan sering terjadi di lingkungan sekitar. Padahal pastinya orang tua anak tersebut sudah pasti paham akan aturan bahwa pengendara motor harus sudah memiliki SIM. Namun, dengan berbagai alasan yang diutarakan oleh orang tua sehingga anak seolah-olah mendapat pembelaan dari orang tua saat ditegur oleh guru maupun orang lain. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui efek dari pembiaran anak SD mengendarai sepeda motor adalah :
- Anak tidak merasa telah melanggar peraturan lalulintas yang ada.
- Mengacaukan sikap anak atas teguran dari guru sementara orang tua melegalkan.
- Dapat mempengaruhi anak-anak SD lainnya untuk melakukan hal yang sama.
- Membahayakan pengguna jalan lainnya.
- Emosi yang labil pada anak usia SD akan menimbulkan hal negatif di jalan umum.
Namun demikian, ada juga hal positif yang bisa kita pahami dari kasus tersebut yaitu :
- Anak menjadi tahu bahwa teknologi dapat mempermudah manusia.
- Mendidik mental anak menjadi lebih berani.
- Anak mampu menguasai diri pada keadaan tertentu.
Namun demikian, kita selaku orang tua yang bijak dan cerdas harus bersikap bijaksana yaitu tetap menjujung tinggi aturan yang ada sehingga anak selaku generasi bangsa tidak terjerumus pada suatu hal yang menyesatkan dirinya yang pada akhirnya akan menjadi generasi yang suka mendobrak aturan lalu litas yang ada. Kita harus selalu memberikan ajaran yang positif dan berani bersikap tegas agar anak kita itu tidak melanggar aturan. Semoga kita semua dapat menjadi orang tua yang terbaik bagi putra-putri kita, (Sk, Apr20)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar