PR merupakan singkatan dari Pekerjaan Rumah, artinya adanya tugas dari sekolah yang harus dikerjakan di rumah sebagai tindak lanjut penuntasan pembelajaran di sekolah. Umumnya guru menberikan PR disebabkan keterbatasannya waktu yang tersedia dari program pembelajaran sehingga dianggap perlu untuk ditindaklanjuti di rumah dengan memberikan tugas rumah kepada anak didik.
Beberapa tahun yang lalu pemberian PR kepada peserta didik menjadi polemik. Ada statement yang positif dan banyak juga yang berpendapat negatif. Sampai-sampai turun peraturan dari dirjen bahwa PR tidak dibolehkan. Intinya banyak yang melihat manfaat PR dari lapisan luarnya saja, padahal kalau ditilik lebih dalam saya sangat setuju guru memberikan tugas rumah kepada murid.
Pandangan saya terhadap PR yang harus dikerjakan oleh murid dirumah adalah sebagai berikut :
- PR dapat membantu orang tua sebagai kontrol learning.
- PR mendidik rasa tanggung jawab dan amanah kepada murid.
- PR mendekatkan hubungan orang tua dengan anak.
- PR meningkatkan hubungan emosional antara guru dan orang tua.
- PR dapat meningkatkan pemahaman murid akan suatu materi ajar.
Namun demikian ada hal lain yang harus menjadi perhatian bagi guru sebelum memberikan tugas rumah kepada peserta didik yaitu :
- Adanya kepastian bahwa dalam minggu tersebut tidak boleh lebih dari tiga buah PR dari guru.
- Jumlah soal yang harus diselesaikan juga harus logis dan sesuai alokasi waktu yang ada.
- Limit waktu penyelesaian harus sesuai dan seimbang.
- Isi PR hanya sebagai penguatan materi ajar yang belum tuntas.
- Hasil kerja murid harus diapresiasi dengan penilaian portofolio.
Atas dasar uraian di atas saya berpendapat bahwa PR bagi siswa itu hal yang wajar demi peningkatan pemahaman murid akan materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga kita harus menyikapi dengan positif apabila anak kita pulang dari sekolah membawa PR dari guru. Justru dengan adanya PR anak-anak kita akan lebih mendekatkan dirinya dengan buku artinya secara tidak langsung kita sudah mendukung dan mempercepat program literasi dari pemerntah. (Sk, Mar20)
Saya juga sangat setuju dengan pemberian PR karena sebagian anak ketika ditanya kenapa tidak belajar maka jawabannya karena ga ada PR.
BalasHapustrims atas komentarnya..
HapusKehadiran PR juga membuat si anak merasa dia punya amanah yang harus diselesaikan dan melahirkan sifat optimis pada anak karena merasa mampu menyelesaikannya. Sedangkan soalan yang tidak mampu dijawabnya membuatnya tertantang mencari solusi yang benar dan untuk mendapatkannya biasanya menuntutnya untuk membandingkan beberapa solusi yang dia dapat. Secara tidak langsung PR sudah membuat si anak membolak balik halaman buku ajar dan membacanya berulang-ulang. Ini pengalaman saya 11 tahun lalu saat kelas 6 SD, baru tau arti belajar, Pak :D
BalasHapusthanks atas komentarnya....
Hapus